Jakarta, Portonews.com – Sejak pembukaan perdagangan usai libur panjang Idul Fitri yang dimulai Rabu (20/6/2018) dan Kamis (21/6/2018), nilai rupiah terus menunjukkan tren depresiatif. Namun, dalam transaksi antarbank Jumat pagi ini, rupiah menunjukkan apresiasi tipis menjadi Rp14.100 per dolar AS dibandingkan pada posisi sebelumnya Rp14.102 per dolar AS.
Kurs acuan Jakarta Interbank Spot Dolar Rate (Jisdor) yang diumumkan BI, Jumat ini, mencatat rupiah depresiatif hingga Rp14.102 per dolar AS, atau turun 12 poin dibanding Kamis, yakni Rp14.090 per dolar AS.
Melihat hal ini, Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo mengatakan, pelemahan rupiah masih wajar, jika dibandingkan pelemahan mata uang di negara lain. Apalagi kondisi ekonomi domestik, tercermin cukup baik, salah satunya karena laju inflasi yang diprediksi sebesar 3,6 persen (yoy) tahun ini.
“Pelemahan wajar dalam arti kalau kita bandingkan dengan negara negara lain secara tahun kalender berjalan. Jangan dilihat satu hari kemarin saja. Selama libur panjang, itu terjadi kenaikan mata uang global. Semua mata uang juga melemah, jadi tidak usah kaget,” katanya seperti dikutip Antara, Jumat (22/6/2018).
Perry menekankan Bank Sentral akan konsisten menerapkan kebijakan antisipatif (pre-emptive), dan yang bersifat lebih mendahului (ahead of the curve) untuk menghadapi tekanan terhadap stabilitas ekonomi domestik. “BI siap menempuh kebijakan lanjutan yang ‘pre-emptive’, ‘front loading’, dan ‘ahead of the curve’,” ujarnya.
Bank Sentral tahun ini sudah menaikkan dua kali suku bunga acuan 7 Days Reverse Repo Rate ke 4,75 persen, untuk mengurangi tekanan terhadap nilai tukar rupiah akibat normalisasi kebijakan moneter AS dan juga perbaikan data ekonomi AS yang mengeluarkan modal asing yang masuk ke Indonesia.
Kenaikan suku bunga acuan itu ditempuh dalam tempo hanya dua pekan pada akhir Mei 2018. BI kini menerapkan kebijakan moneter yang mengarah ke pengetatan (bias ketat) dan berjanji untuk mengoptimalkan ruang kenaikan suku bunga acuan, namun tetap secara terukur dan bergantung pada perkembangan data ekonomi terakhir. (ant/dan)