Ada kemauan besar dari pemerintah dan operator PT Kereta Commuter Indonesia (KCI) untuk mendorong lebih banyak orang berpindah ke transportasi publik. Harga tiket KCI ditetapkan sangat murah, karena disubsidi pemerintah. Jika menghitung keekonomisan, tarif KCI tidak masuk dihitung dengan rumus apapun, nilai ekonomisnya sulit ditemukan.
Secara makro, tujuan pemerintah mensubsidi masyarakat yang menggunakan KCI bukan untuk mendapatkan direct profit, melainkan undirect benefit. Tahun 2016 subsidi pemerintah melalui public service obligation (PSO) untuk penumpang KCI mencapai Rp 1,3 triliun.
Dari pergerakan orang-orang pengguna KCI itulah mesin ekonomi yang lebih besar bisa berjalan. Artinya, peran KCI dalam konstelasi ekonomi nasional menjadi strategis. Buktinya, ketika di Cilebut longsor, semua sistem KCI terganggu, roda ekonomi di Jakarta pun ikutan lumpuh.
Saat ini KCI mengoperasikan 81 rangkaian dengan total gerbong 826 unit, di mana 438 unit gerbong rencananya akan diganti dengan yang baru didatangkan dari Jepang.
Rangkaian KCI melayani 72 stasiun, melintasi rel sepanjang 184,5 kilometer di wilayah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi, Rangkasbitung, dan Cikarang. Adapun jumlah rata-rata penumpang per hari mencapai 930 ribu orang dalam 918 perjalanan. Tahun 2016 PT KCI mencatatkan total pendapatan sebesar Rp 2,28 triliun, dengan laba yang dibukukan sebesar Rp 207 miliar.
Baca lainnya: MN Fadhila: Transportasi Itu Soal Perilaku.