… layarkan biduk, berkayuh berlabuh, kekasih
di samudera luas hanya laut dan langit
yang bertemu sepandang mata…
Penggalan lirik lagu ‘Prasasti’ itu menyiratkan, seolah Elvyn ingin bercerita panjang tentang lautan, ingin menuliskan prasasti di pelabuhan. Pada 22 April 2016, Menteri BUMN Rini Soemarno menunjuk Elvyn G. Masassya sebagai Direktur Utama PT Pelabuhan Indonesia II (IPC).
Tumbuh kembang Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta yang dibangun pada tahun 1877 oleh Gubernur Jenderal Johan Wilhelm van Lansberge itu, bergantung pada apa yang akan dilakukannya.
Peran dan beban Tanjung Priok terus meningkat dari masa ke masa. Kini sekitar 60% barang yang keluar masuk Indonesia dilakukan melalui Tanjung Priok. Pemangku kepentingan atas pelabuhan ini pun terus bertambah hingga 18 kementerian dan lembaga pemerintah memiliki wilayah kerja di Pelabuhan Tanjung Priok. Lalu bagaimana cara menilai kinerja PT Pelindo II sebagai perusahaan BUMN pengelola Pelabuhan Tanjung Priok?
Elvyn G. Masassya yang ditunjuk menjadi Direktur Utama PT Pelindo II pada April 2016 telah menyiapkan serangkaian strategi untuk menjadikan Pelabuhan Tanjung Priok dan pelabuhan-pelabuhan lain di bawah manajemen PT Pelindo II sebagai pelabuhan kelas dunia.
Pelabuhan-pelabuhan itu, dalam cita-cita Elvyn, sebagai integrated chain port yang standar manajemen dan layanannya pada grade tertinggi. Langkah pertama yang dilakukan Elvyn adalah memastikan bahwa perusahaan (PT Pelindo II) berjalan dengan baik, jelas tujuannya ke mana.
“Maka ketika saya ditugaskan di sini, saya lakukan planning vision, di-clear-kan dulu. Visi kita jelas, menjadi pengelola pelabuhan kelas dunia, yang unggul dalam operasional dan pelayanan,” tegas Elvyn.
Berikutnya yang disiapkan Elvyn adalah menyusun road map untuk lima tahun ke depan, 2016-2010. Menurut Elvyn, road map-nya sudah in place. Tahun 2016 dalam road map itu adalah tahap fix in infrastructure, sistem harus berjalan di seluruh area secara korporasi, mulai dari direksi, commercial, alat teknik, operasional, keuangan, pengelolaan anak perusahaan. Selain itu, tahun 2016 sudah dibuat 246 standard operating procedures.
Tahun 2017, adalah fase in enhancement, 2018 fase in establishment, 2019 sustainable development, dan tahun 2020 sudah mencapai World Class Port Operator atau disebut IPC Traffic 2020.
Semua yang telah dan akan dilakukan oleh manajemen PT Pelindo II atau IPC adalah managing corporation. Jadi IPC ini adalah korporasi yang harus dikelola secara korporasi.
Parameternya adalah standar kelas dunia, bagaimana platform komersial, platform teknik operational, dan seterusnya. Tapi karena operasional pelabuhan berhubungan dengan masyarakat, tidak cukup dengan managing corporation. Ada area lain yang harus ditangani,yaitu managing stakeholder.
“Jadi dua hal ini kita lakukan, dan saya percaya pengelolaan perusahaan yang hebat harus memakai sistem. Maka ketika kita mulai membangun sistem tadi tidak bisa secara korporasi saja. Harus bisa mengajak pihak-pihak yang terkait di situ,” papar Elvyn.
Menurut dia, semua orang tahu bahwa dalam konteks pelabuhan, di Indonesia ada 18 kementerian yang berkepentingan dengan pelabuhan. Di luar 18 kementerian itu, ada masyarakat sekitar, customer (shiping line dan cargo owner). Kemudian ada pelaku-pelaku usaha yang bermitra dengan IPC, regulator, dan pemerintah.
“Jadi bagaimana caranya agar tujuan perusahaan ini bisa tercapai, secara konsep saya sebut dengan managing corporation dan managing stakeholder.”
Lalu apa parameter untuk mengukur kinerja IPC? Pertama, standar kinerja yang diamanahkan oleh stakeholder. Kedua, recognition dari publik, bahwa perusahaan harus dikelola dengan baik. Recognition itu juga ada parameternya, misalnya score of good governance, kualitas layanan pelabuhan (termasuk dwelling time), tarif, dan seterusnya.
Selanjutnya: Transformasi Pelindo II