Memasuki tahun 2017, Korea Utara adalah negara paling banyak disebut oleh media-media internasional karena berani bersitegang dengan negara adidaya, Amerika Serikat.
Negara yang dipimpin oleh anak muda gemuk, chubby, dengan potongan rambut trapesium ini tidak mempedulikan kekhawatiran berbagai negara dan lembaga internasional: tetap melakukan uji coba peluncuran senjata balistik antar benua yang bisa dipasangi hulu ledak nuklir.
Bukan hanya Amerika, Korea selatan dan Jepang yang kebat-kebit dengan tindakan Korea Utara tersebut, bahkan sekutu sekaligus mitra terdekatnya pun, China ikut khawatir dan turut meminta penghentian uji coba senjata balistik tersebut.
Presiden Amerika, Donald Trump yang dikenal eksplosif langsung mengirim dua kapal induk pengangkut pesawat, CVN 70 USS Carl Vinson dan CVN 76 USS Ronald W. Reagan yang mangkal di Pelabuhan Yokosuka, Jepang.
Trump juga memerintahkan kapal selam SSBN-727 USS Michigan yang disebut-sebut sebagai kapal selam tercanggih di dunia merapat ke Korea Selatan. Kehadiran sejumlah mesin perang tersebut semakin memanaskan situasi di Semenanjung Korea yang sejak tahun 1950 masih berstatus perang.
Sejak terbentuknya Republik Demokratik Rakyat Korea 9 September 1948, negara ini diperintah oleh tiga generasi diktator dalam satu keluarga, Kim Il Sung (1948-1994), Kim Jong Il (1994-2011), dan Kim Jong Un sejak 2011 sampai sekarang.
Hingga Dekade 1960an, Korea Utara lebih makmur dibanding Korea Selatan. Namun, karena pengelolaan negara yang tidak dilakukan dengan baik, maka negara ini mengalami ketertinggalan ekonomi, terutama dibandingkan dengan negara seteru dan serumpunnya, Korea Selatan.
Tidak ada informasi yang jelas mengenai indikator ekonomi Korea Utara. Tahun 2015 PDB Korea Utara diperkirakan mencapai US$31 miliar, rata-rata pendapatan per kapita per tahun penduduk sekitar US$800. Berikut delapan fakta unik mengenai ekonomi Korea Utara.
Anggaran Belanja Nasional
Korea Utara adalah salah satu negara yang tata pengelolaan keuangan negaranya paling buruk di dunia. Tidak ada keterangan yang jelas berapa besar anggaran belanja nasional Korea Utara dari tahun ke tahun. Hanya yang pasti, sebagian besar pendapatan negara itu sekitar US$7,5 miliar dihabiskan untuk bidang militer, pembelian dan pemeliharaan perangkat perang, serta gaji tentara.
Berdasarkan data dari Global Fire Power 2017, negara berpenduduk sekitar 25 juta jiwa ini memiliki tentara aktif sebanyak 1,3 juta orang, plus tentara cadangan sebanyak 7,7 juta personel. Korea Utara adalah negara dengan jumlah tentara terbanyak di dunia.
Lebih dari sepertiga warga negara Korea Utara adalah tentara. Negara ini memiliki lebih dari 5.000 unit tank, 1.500 pesawat militer termasuk pesawat tempur, 200 helikopter, dan lebih dari 500 kapal perang.
Selain teralokasi pada sektor pertahanan, anggaran negara juga digunakan untuk pembangunan patung Kim Il Sung dan Kim Jong Il, impor anggur, mobil mewah, sepatu Nike, pemeliharaan kuda balap milik keluarga Kim Jong Un.
Penerimaan negara didapat dari pajak, pertanian gingseng, perikanan, penjualan senjata, dan sedikit dari pariwisata. Meskipun anggaran negara sebagian besar teralokasi pada sektor-sektor yang tidak produktif, pengeluaran negara relatif stagnan dari tahun ke tahun. Sejak tahun 2008, Korea Utara mencatat surplus dalam neraca nasional.
Meskipun tata pengelolaan keuangan negara tidak transparan, tidak teraudit karena di Korea Utara tidak ada lembaga audit, namun laporan pertanggung-jawaban keuangan negara di depan parlemen yang anggotanya hanya berasal dari Partai Pekerja Korea, selalu mendapat standing ovation (tepuk tangan penghormatan sambil berdiri) yang panjang serta pujian setinggi langit dari parlemen dan media.
Utang Luar Negeri
Sebagai negara komunis, hingga tahun 1990 Korea Utara menikmati ‘fasilitas’ yang diberikan Uni Sovyet. Tidak hanya persenjataan, pasok berbagai kebutuhan pokok juga juga dipenuhi.
Dalam hubungan dagang, selain bermitra dengan Sovyet, Korea Utara juga memiliki hubungan ekonomi yang erat dengan negara-negara blok timur waktu itu, seperti Bulgaria, Cekoslovakia, Polandia, Kuba dan beberapa negara komunis lain.
Setelah runtuhnya kekuatan blok timur atau Pakta Warsawa, Korea Utara menjadi teralienasi dalam hubungan ekonomi internasional. Korea Utara praktis hanya berhubungan dengan Rusia dan China.
Tapi untungnya, kemesraan panjang hubungan bisnis ekonomi Korea Utara dengan sesama negara komunis, tidak menyisakan utang luar negeri seperti pada umumnya dialami negara-negara berkembang.
Korea Utara adalah negara yang tidak memiliki eksposur utang luar negeri, selain Libya. Kalaupun ada sumber lain yang menyebutkan bahwa Korea Utara memiliki utang luar negeri, itu pun jumlahnya tidak banyak. Hanya US$5 miliar. Utang itu antara lain ke Republik Ceko, yang bisa dibayar dengan ginseng merah.
Komoditas dan Produk Unggulan
Meskipun tidak banyak, Korea Utara memiliki beberapa komoditas dan produk unggulan untuk mendatangkan devisa. Hasil tambang dan pertanian ginseng adalah mesin devisa utama Korea Utara, meski sebagian besar hanya diekspor ke China dan Rusia.
Bagian utara Semenanjung Korea kaya akan mineral, seperti zink, batubara, bijih besi, dan lain-lain. Korea Utara juga memiliki beberapa bagian tanah yang subur dan layak dijadikan sentra pertanian.
Karenanya, aneh rasanya kalau media barat sering memberitakan kelaparan yang menimpa rakyat Korea Utara. Bagaimana mungkin sebuah negara yang bisa menguasai teknologi rudal balistik berhulu ledak nuklir, tidak mampu mengelola tanahnya dan tidak bisa menghasilkan peralatan pertanian yang mumpuni?
Kemampuan Korea Utara dalam pengayaan zat radioaktif bukan saja sudah bisa membangun pembangkit listrik tenaga nuklir, tapi sudah mengekspornya ke beberapa negara, seperti Kuba, China dan Iran. Jadi, sulit untuk meragukan apakah Korea Utara sudah mampu membuat senjata nuklir?
Sumber devisa lain bagi Korea Utara adalah sekitar 100 ribu tenaga kerja yang mencari nafkah di luar negeri, khususnya di China, Rusia, dan Timur Tengah. Tenaga kerja asal Korea Utara berkiprah di sektor-sektor industri dan sebagian besar di bagian yang berurusan dengan teknologi. Karenanya, devisa yang dihasilkan relatif besar.
Korea Utara juga mulai merambah industri tekstil dan produk tekstil dengan membuka investasi bagi negara tetangga, China. Hal ini dimungkinkan karena upah tenaga kerja di Korea Utara sekitar 30% lebih murah dibanding tenaga kerja China.
Wilayah Dandong berbatasan dengan China dipilih menjadi sentra industri tekstil Korea Utara. Produk-produk tekstil dan garmen Korea Utara dengan label ‘Made in China’ sudah merambah pasar Eropa.
Produk lain yang dihasilkan Korea Utara adalah uang kertas dollar Amerika, khususnya pecahan US$100. Uang kertas US$100 bergambar Benjamin Franklin yang ‘dibuat’ oleh Korea Utara adalah yang paling sempurna dan sering lolos dari pemeriksaan bank. Bahkan uang itu lebih baik ketimbang yang dibuat oleh Israel.
Sampai-sampai, untuk menangkal peredaran uang kertas US$100, The Fed menerapkan fitur khusus berteknologi tinggi yang diterapkan pada uang kertas US$100, agar tidak bisa dipalsukan.
Meskipun sangat menguntungkan dan mampu memproduksi dalam jumlah banyak, tapi kini tidak mudah bagi agen-agen Korea Utara untuk ‘menjualnya’ ke pasar internasional, karena pengucilan yang dialami negara tersebut. Kalaupun bisa, jumlahnya tidak banyak dan risikonya sangat tinggi.
Perbankan
Korea Utara mempunyai bank sentral bernama Central Bank of the Democratic People’s Republic of Korea. Seperti pada umumnya bank sentral, berfungsi menjalankan kebijakan moneter, mengatur lalu lintas devisa, tapi di Korea Utara bank sentral tidak menjaga tingkat inflasi. Rata-rata tingkat inflasi negara ini sekitar 55% per tahun. Berat memang.
Di Korea Utara ada enam bank yang beroperasi, yaitu Chinmyong Joint Bank, Civilian Cooperation Bank, Daedong Credit Bank, Daesong Bank, Foreign Trade Bank of the Democratic People’s Republic of Korea, dan Kumgang Bank. Keenam bank tersebut adalah bank milik negara.
Sebelumnya ada sebuah bank asing yang beroperasi di Korea Utara, Golden Star Bank. Namun pada 2004 bank asal Austria itu menutup cabangnya di sana.
Lalu bagaimana transaksi dilakukan di Korea Utara? Untuk transaksi bisnis bisa dilakukan melalui perbankan dengan metode real time gross settlement (RTGS).
Di sana belum diterapkan e-banking dan sejenisnya. Bukan mereka tidak menguasai teknologinya, tapi penerapan teknologi industri dalam dunia perbankan menuntut penerapan good corporate governance dan transparansi.
Jangankan e-banking, automatic teller machine atau ATM saja belum ada. Jadi, siapapun yang akan melancong ke Korea Utara, sebelum jalan-jalan menjelajahi negerinya Kim Jong Un, sebaiknya menukarkan uang terlebih dahulu di bank terdekat dari bandara. Di sana juga tidak ada money changer.
Meskipun di sana tidak ada ATM, artinya deposan bank Korea Utara tidak mempunyai kartu debit, tapi bank-bank di sana menerbitkan kartu kredit. Beberapa sumber menyebutkan kartu kredit itu hanya diberikan kepada orang-orang tertentu saja. Para petinggi tentunya.
Nah, para petinggi pemegang kartu kredit tersebut umumnya ogah atau membayar tagihan sesukanya, kecuali kalau sudah diperintahkan oleh Supreme Leader Kim Jong Un. Baru mereka mau membayar tagihan.
Mobil
Sebagai negara yang relatif menguasai teknologi, Korea Utara memiliki industri otomotif. Satu-satunya pabrikan otomotif adalah Myonghwa Motors. Perusahaan ini didirikan oleh Kim Jong Il pada tahun 1999, yang merupakan perusahaan patungan antara Sun Myung Moon Unifikasi Church (Korea Selatan) dengan Ryonbong General Corporation (Korea Utara).
Sejatinya, pembentukan perusahaan otomotif ini adalah bagian dari rencana besar reunifikasi Korea. Namun reunifikasi itu nampak kian jauh dari kenyataan.
Perusahaan ini awalnya menetapkan target produksi sebanyak 10.000 unit per tahun. Tapi karena daya beli warga Korea Utara yang masih rendah, rata-rata pendapatan per kapita per tahun penduduk sekitar US$800, perusahaan ini kesulitan dalam memasarkan produknya.
Alhasil jumlah mobil yang dibuat oleh Pyonghwa tidak lebih dari 500 unit per tahan. Bahkan pada 2003, Pyeonghwa hanya memproduksi sebanyak 314 unit, dan 400 unit pada 2005.
Karena produksi yang di bawah tingkat keekonomisan, dan terus-menerus merugi, Pyeonghwa Motors berhenti berproduksi pada 2012. Bagaimana tidak, perusahaan ini harus menjalankan produksi mulai dari hulu sampai hilir.
Padahal, sejak tahun 1953, Korea Utara sudah mampu memproduksi kendaraan militer berupa jip dengan penggerak roda 4 x 4. Artinya, jauh sebelum Korea Selatan mulai memproduksi mobil pada awal 1970an.
Satu studi menunjukkan, jumlah mobil di Korea Utara saat ini, tidak lebih dari 30.000 unit. Itu pun termasuk truk-truk pengangkut pasukan dan kendaraan operasional militer.
Di Korea Utara, perdagangan mobil, baik mobil baru atau mobil bekas, hanya dilakukan oleh negara. Bandingkan dengan Indonesia yang penambahan jumlah mobil setiap tahunnya mencapai 1 juta unit. Karenanya, Korea Utara adalah negara dengan car to citizens ratio (CCR) terendah di dunia, 1 : 1000. Sebagai pembanding, CCR Indonesia saat ini mencapai 90 : 1000.
Karenanya, tidak mengherankan kalau Korea Utara menjadi negara yang jalan-jalan rayanya paling bebas macet di dunia. Selain bebas macet, jalan-jalan raya di Korea Utara juga sangat bersih, bebas dari sampah. Di sana, hanya ada beberapa lampu lalu lintas. Pengaturan lalu lintas dilakukan oleh para gadis cantik, yang disebut traffic lady.
Di Korea Utara, orang-orang yang mempunyai mobil hanya orang-orang tertentu saja, para pejabat tinggi. Tapi bukan berarti di jalan-jalan raya di Korea Utara tidak ada mobil-mobil mewah buatan negara Barat atau Jepang yang berseliweran.
Kim Jong Un yang pernah mengecap pendidikan di Swiss, memiliki koleksi mobil mewah. Menurut Daily Star, tahun 2009 ayah Kim Jong Un, Kim Jong Il membeli dua unit limusin Mercedes-Benz S600 Pullman Guard yang masing-masing seharga US$1,4 juta atau sekitar Rp 22 miliar. Sementara angkutan untuk publik adalah bus, kereta api, dan trem.
Digital
Kemajuan teknologi informasi telah menimbulkan perubahan di berbagai aspek kehidupan. Di bidang industri menjadi lebih efisien, lebih cepat, lebih mudah, dan lebih murah. Begitu juga di Korea Utara.
Di negara ini tersedia akses internet, memiliki beberapa infrastruktur broadband, termasuk jaringan serat optik. Hanya saja penggunaan internet dengan koneksi internasional oleh masyarakat atau warga asing harus dengan izin khusus dari lembaga yang berkompeten. Pemerintah Korea Utara menyediakan layanan internet lokal secara gratis untuk masyarakat, ‘Kwangmyong’.
Secara eksplisit pemerintah menyebut situs media YouTube, Facebook, Twitter, atau segala yang berbau Amerika dan Korea Selatan, sebagai situs terlarang, dan diblokir hingga waktu yang tidak ditentukan. Jadi, jika berkunjung ke Korea Utara, jangan berharap bisa langsung meng-upload foto-foto ke akun facebook atau instagram selama masih berada di sana.
Di Korea Utara ada sekitar 2,5 juta warga yang memiliki pesawat telepon selular. Produsen ponsel dan operatornya adalah perusahaan lokal. Masyarakat konsumen bisa memilih atau menentukan sendiri nomor teleponnya. Tapi nomor telepon itu binded dengan ponselnya.
Bagi wisatawan asing, juga tersedia rental ponsel berikut nomornya. Tapi sekali lagi, untuk layanan telekomunikasi internasional harus seizin lembaga berwenang.
Media
Apakah di Korea Utara ada media massa? Tentu, sebagai negara demokrasi konstitusi Korea Utara menjamin kebebasan pers dan mengemukakan berpendapat. Tapi media Korea Utara adalah milik negara dan dikendalikan oleh pemerintah.
Lalu lintas informasi sangat dijaga ketat, baik informasi yang disiarkan dari Korea Utara, maupun yang masuk ke Korea Utara.
Semua berita diseleksi terlebih dahulu oleh lembaga sensor berita. Hanya berita-berita yang mendukung pemerintah yang diizinkan dimuat atau disiarkan, selebihnya dilarang.
Media bertanggung jawab menjaga kehormatan pemimpin Korea Utara. Hanya kantor berita Korean Central News Agency (KCNA) yang diizinkan memuat atau menyebarkan berita mengenai politik dan ekonomi negara.
Kini di Korea Utara ada 12 media harian dan 20 media cetak yang terbit secara periodik, yang semuanya dicetak di Pyongyang. Semua media tersebut adalah milik negara.
Beberapa media terkemuka antara lain, Rodong Sinmun, Joson Inmingun, Minju Choson, dan Rodongja Sinmum. Di Korut tidak ada pers milik swasta. Sebagian besar konten media tersebut adalah puja-puji terhadap pemimpin Korea Utara.
Patung
Korea Utara adalah negara yang paling banyak membangun patung pemimpin negara. Patung Kim Il Sung dan Kim Jong Il berukuran besar terdapat di semua distrik (setingkat kecamatan) di Korea Utara.
Saking seringnya membuat patung, negara ini dikenal sebagai pengekspor patung terbesar di dunia. Tercatat, Zimbabwe pernah memesan patung Presiden Robert Mugabe senilai US$5 juta.
Di Pyongyang terdapat sebuah perusahaan yang khusus membuat patung. Perusahaan ini mempekerjakan sekitar 4000 orang , termasuk 1000 seniman.
Korea Utara juga mendapat pesanan membuat patung tokoh negara dari Angola, Mesir, Ethiopia, bahkan Jerman. Proyek-proyek seni ini diproduksi di Mansudae Art Studio, di Distrik Phyongchon, Pyongyang.
Dari mengekspor patung, Korea Utara meraup devisa sekitar US$400 juta per tahun. Salah satu patung terkenal buatan Korea Utara terdapat di Addis Ababa, Ethiopia. Patung bernama ‘The Struggle’ itu berwujud tiga tentara yang sedang mengokang AK-47 dan memegang tiang dengan bendera bergambar satu merah berkibar.
Patung dan foto pemimpin Korea Utara juga terdapat di rumah-rumah penduduk dalam ukuran kecil. Konon, jika ada rumah atau gedung yang terbakar, maka penghuni rumah atau petugas pemadam kebakaran harus terlebih dahulu mengamankan patung dan foto pemimpin Korea tersebut.
Baca juga: Delapan Pesawat Baru Narrow Body, Langit Makin Bising