Meskipun perlambatan ekonomi dunia belum berlalu, namun sejak dua tahun lalu industri pesawat komersial di seluruh dunia meluncurkan berbagai produk barunya.
Apakah para pejabat di perusahaan-perusahaan produsen pesawat komersial itu sudah melihat tanda-tanda perbaikan ekonomi global? Tapi yang jelas, langit akan makin bising dengan makin banyaknya pesawat yang lalu lalang di udara.
Berikut ada delapan pabrikan yang memperkenalkan produk barunya berupa pesawat komersial narrow body (berbadan sempit).
Brasil, Embraer E195-E2
Produsen pesawat yang bermarkas di Sao Jose dos Campos – Brazil, Embraer awal Maret 2017 lalu mengumumkan bahwa Azul Brazilian Airlines akan menjadi maskapai terbesar yang menggunakan pesawat komersial produksi terbaru Embraer E195-E2.
Perusahaan itu telah memesan 50 pesawat, yang 30 di antaranya sudah closing. Sementara 20 lainnya masih dalam tahap opsi pembelian. Azul Brazilian Airlines juga akan menjadi launch operator, maskapai pertama yang menggunakan pesawat tersebut.
Pesawat berkapasitas 144 penumpang varian terbaru dari The Embraer E-Jet E2 Family ini, digerakkan oeh dua mesin Pratt & Whitney PW1000G dilengkapi sistem avionik terbaru dengan kendali fly-by-wire. Embraer menyebutkan, E195-E2 memiliki ruang bagasi 40% lebih lega dibanding generasi sebelumnya, pemakaian bahan bakar 20% lebih hemat, dan biaya pemeliharaan 20% lebih murah.
Pertama kali diperkenalkan kepada publik pada pameran ‘Paris Air Show 2013’, E195-E2 akan mulai dioperasikan tahun 2018. Pesawat seharga US$60,4 juta per unit tersebut mampu terbang hingga mach 0,82 atau 1004,6 kilometer per jam dengan daya jelajah 4.540 kilometer.
Salah satu maskapai pemesan pesawat E-Jet E2 Family jenis E190 E2 adalah perusahaan asal Indonesia, Kalstar Aviation Indonesia. Perusahaan penerbangan yang berbasis di Bandara Soekarno-Hatta ini memesan lima unit.
Embraer adalah produsen pesawat di Brazil yang beberapa produknya dikenal di Indonesia seperti pesawat Embraer Legacy seri 600 dan 650 yang banyak dipakai sebagai pesawat carter atau pesawat pribadi.
Embraer juga disebut-sebut mempekerjakan lebih dari 40 orang insinyur kedirgantaraan asal Indonesia yang sebelumnya bekerja di PT Dirgantara Indonesia.
China, Comac C919
Pesawat jet buatan China, Comac C919 dijadwalkan akan menjalani terbang perdana pada April tahun 2017 ini. Pesawat buatan Commercial Aircraft Corporation of China (Comac) ini akan menjadi pesawat komersial terbesar setelah Shanghai Y-10.
Dengan kapasitas penumpang antara 158 sampai 174 orang, tergantung konfigurasinya. Pertama kali diperkenalkan kepada publik pada tahun 2015, dan mulai dikirimkan kepada perusahaan penerbangan penggunanya akhir tahun 2018.
Untuk mendanai riset dalam rangka rancang bangun C 919, Comac telah mengeluarkan dana sebesar US$8,3 miliar atau sekitar Rp 111 triliun. Comac memilih LEAP-1C sebagai mesin terbang C919.
Comac mengumumkan hingga kini sudah mendapat pesanan sebanyak 566 unit, 99 di antaranya sudah closing dan yang masih dalam tahap MoU sebanyak 227 unit. Sebagian besar perusahaan penerbangan pengguna Comac C919 berasal dari China sendiri.
Menurut para pejabat Comac, harga per unit C919 diperkirakan US$68 juta. Mereka mengatakan, C919 sudah mendapatkan sertifikat kelayakan terbang dari Civil Aviation Authority of China pada 28 October 2010.
Para pejabat itu yakin, mulai tahun 2020 pesawat produk-produk Comac akan mampu bersaing di luar pasar China. Bahkan, mereka sudah memasang target, C919 akan diproduksi hingga 2.300 unit. C919 akan menjadi kompetitor bagi Boeing 737 MAX dan Airbus A320neo.
Kanada, Bombardier CSeries
Tidak ketinggalan pabrikan pesawat asal Kanada, Bombardir yang pada akhir tahun 2016 meluncurkan The Bombardier CSeries atau C Series atau BD-500-1A10 atau lebih nama lebih simpel CS300. Pesawat berkapasitas 130 – 160 tempat duduk ini menggunakan mesin Pratt & Whitney PW1500G.
Bombardier mengklaim, hingga kini pesawat CS300 yang harganya per unitnya mencapai US$76,5 juta sudah dipesan olah sejumlah perusahaan penerbangan, antara lain Swiss Global Air Lines, Air Baltic, dan beberapa perusahaan penerbangan yang berbasis di Kanada.
Adapun jumlah pesanan yang sudah masuk mencapai 610 unit, untuk 250 di antaranya sudah confirm. Hingga tahun 2017 sudah 18 unit yang dikirimkan ke operator. Untuk mengembangkan jenis CS100 dan CS300, Bombardier menggelontorkan dana riset sebesar US$5,4 miliar.
Ada cerita menarik dari Bombardier. Ketika Fokker, yang memproduksi pesawat jarak pendek Fokker 100, mengalami kesulitan keuangan tahun 1995, para pejabat Fokker menawarkan kepada Bombardier untuk mengakuisisinya.
Negosiasi pun dilakukan oleh kedua pihak. Namun, setelah para pejabat Bombardier meninjau dan mengevaluasi peluang membangkitkan kembali pabrikan pesawat Belanda tersebut, 27 Februari 1996 Bombardier memutuskan menolak mengakuisisi Fokker, dan pada 15 Maret 1996, Fokker dinyatakan bangkrut. Kemudian Bombardier berkonsentrasi untuk memproduksi Bombardier Regional Jet eXpansion, dan pada tahun 2003 sudah mulai delivery.
Rusia, Sukhoi Superjet100
Sukhoi Superjet 100, pesawat penumpang sipil diproduksi dan dikembangkan oleh pabrikan pesawat tempur Rusia, Sukhoi. Pesawat ini dirancang untuk menggantikan Tupolev Tu-134 dan Yakovlev Yak-42.
Di pasar Superjet 100 berkompetisi dengan pesawat regional Bombardier CRJ dan Embraer E-Jets serta Antonov An-148.
Superjet 100 pertama kali mengudara pada 2011. Pengguna pertamanya adalah maskapai penerbangan nasional Armenia, Armavia, yang membeli empat unit, dan Aeroflot, maskapai penerbangan nasional Rusia yang memesan 50 unit, tiga diantaranya sudah beroperasi.
Sukhoi Superjet 100 menggunakan mesin SaM146 buatan Powerjet, sebuah perusahaan patungan antara NPO Saturn Rusia dan Snecma Perancis. Namun hingga kini baru diproduksi sebanyak enam unit, padahal produksinya sudah dimulai tahun 2007.
Superjet 100 dirancang dengan dukungan perusahaan kedirgantaraan Barat seperti Boeing dan Alenia Aeronautica. Sementara peralatan avioniknya dibuat oleh produsen radar terkemuka dari Perancis, Thales.
Pesawat ini juga telah mendapat sertifikasi layak terbang dari Komite Penerbangan Antarnegara dan Uni Eropa pada Februari 2012.
Rabu, 9 Mei 2012, sebuah pesawat Sukhoi Superjet 100 dengan nomor penerbangan RA36801, melakukan demonstrasi penerbangan atau joyflight bersama PT Trimarga Rekatama. Pesawat take off dari Bandar Udara Halim Perdanakusuma, Jakarta pada pukul 14.12 dengan mengangkut 45 orang.
Tak lama kemudian, pesawat hilang dari layar radar di ketinggian 1.900 meter. Beberapa hari kemudian Tim SAR menemukan reruntuhan pesawat di Cidahu Gunung Salak, Jawa Barat.
Akibat peristiwa itu, pembelian oleh dua perusahaan penerbangan Indonesia yang memesan pesawat ini, Kartika Airlines 15 unit dan Sky Aviation juga 15 unit, menjadi tidak jelas kelanjutannya.
Rusia, Irkut MC-21
Nama pesawat ini kurang begitu dikenal di Indonesia. Maklum pabriknya saja baru didirikan tahun 2006 oleh Presiden Rusia, Vladimir Putin. Hal yang baru sebagai pabrik pesawat Rusia, adalah namanya yang ditulis dalam Bahasa Inggris, United Aircraft Corporation.
Irkut MC-21 yang artinya Pesawat Abad 21 ini menjalani terbang perdana pada tahun 2014 dan diperkenalkan kepada publik Juni 2016.
UAC memproduksi Irkut dalam tiga seri, yaitu seri 200, 300, dan 400. Namun yang diterima dan laris di pasar adalah MC-21-300 dengan harga per unit sekitar US$ 91 juta.
Irkut MC-21-300 berkapasitas penumpang antara 163 hingga 211 orang, tergantung konfigurasi. Pesawat ini menggunakan mesin Yakovlev Yak-242.
Jumlah pesanan yang diterima UAC hingga kini sudah mencapai 192 unit dari 10 maskapai penerbangan Rusia dan beberapa dari Asia tengah dan Afrika utara. Sertifikasi kelayakan terbang atas Irkut MC-21 diperkirakan tahun 2018.
Eropa, Airbus A320neo
Airbus A320neo adalah satu dari tiga seri (Airbus Neo Family) yang diluncurkan airbus, yaitu A319neo, A320neo, A321neo. Hanya saja, di antara tiga seri itu yang laris seperti kacang goreng adalah seri A320neo.
Pesawat yang diproduksi Airbus Industrie di Toulouse, Perancis ini menjalani terbang perdana pada 25 September 2014. Pesawat ini menggunakan mesin Pratt & Whitney PW1000G sebagai pemacunya.
Hingga kini A320neo memiliki banderol jauh lebih mahal dibanding para kompetitornya, yaitu US$108.4 juta per unit. Pesawat ini berkapasitas penumpang 168 sampai 180 kursi tergantung konfigurasi.
Para operator yang sudah menggunakan pesawat jenis ini mengemukakan, mampu menghemat 15% bahan bakar dengan load factor 100% dibanding generasi sebelumnya. Bahkan untuk penerbangan jarak jauh penghematan bahan bakar bisa sampai 20%.
A320 sejak diperkenalkan pada 2010, jumlah order atas ketiga seri Airbus neo family hingga kini sudah mencapai 5.056 unit, 3.616 unit di antaranya untuk jenis A320neo. Sedangkan yang sudah delivery sebanyak 94 unit, semuanya jenis A320neo.
Amerika, Boeing 737 MAX
Boeing 737 adalah pesawat komersial terlaris di dunia. Sejak pertama kali diperkenalkan pada tahun 1968, Boeing 737 sudah diproduksi tidak kurang dari 10 ribu unit dalam berbagai seri dan varian.
Produk terbaru Boeing seri 737 adalah Boeing 737 MAX 9. Dalam seri MAX ini Boeing memproduksi dalam empat varian, MAX 7,8,9, dan 10. Hanya saja MAX 10 masih dalam tahap pengembangan.
MAX 9 menjalani terbang perdana pada 13 April 2017. Boeing seri ini diproduksi di Boeing Wichita, Kansas. Memiliki daya jelajah cukup jauh yaitu 10.200 kilometer, dengan mengandalkan mesin CFM International LEAP-1B, dengan kapasitas 180 sampai 220 orang tergantung konfigurasi. Seperti saingan utamanya, Airbus neo family, harga Boeing 737 MAX tidak jauh berbeda, yaitu US$113 juta per unit.
Per Desember 2016, Boeing mendapat order sebanyak 3,605 unit untuk seri MAX. Pengiriman pertama dijadwalkan pada Mei 2017 mendatang untuk Southwest Airlines, maskapai penerbangan bertarif rendah Amerika yang berbasis di Dallas, Texas, dan Las Vegas.
Kemudian Oktober 2017 akan dikirim ke Malindo Air, sebuah anak perusahaan Lion Air yang bermarkas di Kuala Lumpur. Hingga 2019 mendatang diperkirakan 50 unit seri MAX akan delivery.
Ukraina-Russia, Antonov 148
Ketika mendengar kata Antonov, yang terbayang adalah pesawat angkut raksasa Antonov 124 dan Antonov 225 Mriya. Tapi ternyata Antonov juga memproduksi pesawat komersial.
The Antonov An-148 adalah pesawat komuter yang dirancang dan diproduksi bersama antara Ukrainian Antonov Company dan Voronezh Aircraft Production Association, Rusia.
Pengembangan pesawat ini justru dilakukan ketika runtuhnya Uni Sovyet tahun 1990. Tapi proyek itu tetap berlanjut dan mulai berproduksi Desember tahun 2004. Pesawat ini mendapatkan sertifikat kelayakan terbang pada 26 Februari 2007.
An-148 yang menggunakan mesin Motor Sich D-436-148, mempunyai maksimum daya jelajah sejauh 400 kilometer, dan mampu mengangkut 68–85 orang penumpang, tergantung konfigurasi. Sejak tahun 2004 pesawat ini sudah diproduksi sebanyak 39 unit, yang setiap unitnya saat ini seharga US$30 juta.