HARI itu, Sabtu 14 Oktober 2017 menjadi hari yang tidak akan pernah terlupakan oleh Dokter Aden Nur, seorang dokter di Rumah Sakit Medina, Mogadishu, Somalia. Dokter Aden Nur mulai kehabisan akal saat korban tewas dan luka-luka terus bertambah dari menit ke menit.
Namun, Aden Nur tidak boleh patah arang, ratusan orang yang terluka sangat memerlukan pertolongan pertama darinya. Tidak boleh istirahat barang sejenak pun, nyawa ratusan orang berada di genggamannya. Ratusan orang dengan luka bakar mengerang kesakitan, ratusan lainnya menjerit karena tulangnya patah, dan ratusan orang membutuhkan bantuan pernafasan, dan ratusan lainnya diam terbujur, tak lagi bernyawa.
“Seratus enam puluh mayat tidak dapat dikenali dan segera dikuburkan oleh pemerintah,” kata Aden Nur. “Yang lainnya dimakamkan oleh saudara mereka. Lebih dari seratus orang terluka dibawa ke sini.”
Jumlah korban tewas akibat aksi bom bunuh diri yang dilakukan di pusat kota Mogadishu pada hari Sabtu kelabu itu terus bertambah. Lebih dari 300 orang dipastikan telah terbunuh dan ratusan lainnya terluka parah. Belum lagi trauma psikologis yang menimpa kerabat-kerabat korban.
Tidak diragukan, itu adalah satu tindakan terorisme yang paling mematikan di dunia dalam beberapa tahun terakhir. Sebuah truk memuat ratusan kilogram bom berdaya ledak tinggi yang sering dipakai dalam operasi militer, daya ledaknya semakin tinggi tatkala sebuah tangki bahan bakar berada di dekatnya ikut meledak. Skala kerusakannya sangat dahsyat.
Dalang aksi terkutuk itu diduga akan menyasar kantor Kementerian Luar Negeri Somalia. Truk maut itu berhenti di dekat sebuah hotel tak jauh dari kantor kementerian. Sumber dari Pemerintah Somalia mengatakan bahwa truk tersebut sebelumnya akan melewati sebuah pos pemeriksaan, namun sopir truk tiba-tiba saja menekan pedal gas, menembus penghalang, lalu meledak. Keruan saja, ledakan yang juga menyambar tangki bahan bakar itu menghancurkan gedung tersebut dan beberapa bangunan lainnya.
Dikutip dari kantor berita Somalia, Sonna, sepekan setelah kejadian, jumlah orang yang tewas yang sudah dikonfirmasi telah mencapai 358 orang, serta 228 orang lainnya masih dirawat. Benar-benar serangan teroris paling mematikan dalam sejarah negara tersebut.
Direktur Ambulance, Abdikadir Abdirahman mengatakan, pihaknya telah memastikan bahwa 300 orang lebih tewas dalam ledakan tersebut. “Jumlah korban tewas masih akan meningkat karena beberapa orang masih dinyatakan hilang,” kata Abdirahman.
Proses evakuasi dan pencarian korban masih terus dilakukan hingga beberapa hari setelah kejadian. Tim SAR, kepolisian, dan relawan terus mengangkat puing-puing yang tersebar di area kejadian seluas ratusan meter kendati sudah sepekan mereka bekerja. Pihak kepolisian khawatir banyak korban yang akan hilang jika proses evakuasi lamban karena efek dari ledakan itu membuat badan korban tidak lagi utuh.
Al-Shabaab, sebuah kelompok Islam radikal yang terafiliasi dengan Al-Qaeda disebut-sebut bertanggung jawab atas pemboman ini. Pada awal tahun 2017 Al-Shabab berjanji akan melakukan serangan setelah Presiden Somalia Mohamed Abdullahi Mohamed yang baru dilantik bulan Februari lalu dan Presiden Amerika Serikat Donald Trump bersepakat untuk bekerja sama dalam bidang militer guna menumpas kelompok tersebut.
Namun Al-Shabaab, yang berafiliasi dengan al-Qaida sejak 2011, tidak memberikan pernyataan bertanggung jawab atas serangan gahar itu. Menteri Informasi Abdirahman Omar Osman mengatakan, organisasi teroris itu sudah berkali-kali melancarkan serangan bom terhadap sasaran sipil di kota Mogadishu.
“Ini adalah hari yang menyedihkan, mereka telah bertindak brutal, dan kita harus bersatu melawan mereka,” ujar Abdirahman.
Salah seorang keluarga korban terlihat mondar-mandir kebingungan di antara reruntuhan dan kendaraan yang tak berbentuk lagi. Ia mencari sanak keluarga yang hilang. Satu per satu mayat yang dibopong di atas tandu darurat di buka selimutnya untuk memastikan kalau itu orang yang dikenalinya. Yang lainnya mencoba mengangkat puing-puing.
“Tidak ada yang bisa saya katakan. Kami telah kehilangan segalanya, “kata Zainab Sharif, ibu empat orang anak yang kehilangan suaminya dalam serangan tersebut.
Muna Haj seorang ibu yang kehilangan anaknya tak henti mengutuk aksi biadab itu.
“Penindas telah mencabut nyawanya anakku. Aku benci mereka. Semoga Allah memberi kesabaran kepada semua keluarga yang kehilangan orang yang mereka cintai dalam ledakan tragis itu … Dan saya berdoa pada suatu hari Allah akan membawa keadilannya kepada pelaku kejahatan tersebut. ”
Presiden Mohamed Abdullahi Mohamed, yang berkuasa sejak bulan Februari 2017, bersumpah untuk membebaskan negara dari ancaman Al-Shabaab sembari terus melakukan proses pemulihan kota agar tidak terjadi lagi serangan serupa. Ia betul-betul menghadapi tantangan yang besar.