Donald Trump adalah orang yang hanya memikirkan sesuatu yang dia inginkan. Ia hanya melakukan apapun untuk mewujudkan keinginannya. Saat itu ia tidak menyadari tentang apapun atau siapapun selain dirinya dan apa yang diinginkannya. Hal itu beberapa kali terbukti, ketika istrinya Melania Trump, beberapa kali diabaikan begitu saja, seakan Trump berada di tempat itu tanpa pendamping. Orang bisa dengan mudah menilainya sebagai seorang careless, tapi bisa juga menilainya sebagai seorang yang sangat serius.
Para ahli kepribadian menilai Trump sebagai seorang yang amat yakin bahwa dirinya bisa melakukan apapun dengan hasil terbaik. Karenanya, ia selalu dalam keseriusan yang penuh dalam melakukan sesuatu untuk mencapai keinginannya.
Hal itu menyebabkan Trump sering terlihat dengan mimik muka yang sangat ekspresif. Tidak salah kalau banyak orang yang menyebutnya, Trump ‘Si Muka Bajing’. Tentu saja dalam konteks pergaulan sosial yang wajar, orang seperti Trump cenderung dihindari.
Dengan keyakinan dan keseriusannya, sejauh ini ia selalu berhasil meraih apaun yang ia inginkan. Namun demikian, Trump menyadari, banyak hal bisa dicapai dengan melibatkan orang lain. Karenanya ia selalu mengupayakan berpikir serasional mungkin, tidak melulu mengikuti keyakinannya.
Buktinya, dalam perjalanan kariernya sebagai pebisnis, banyak usahanya yang gagal. Tapi, sebelum bisnis itu benar-benar hangus, ia sedini mungkin memutuskan untuk cut loss.
Tanggal 19 Maret tahun 2000, beberapa stasiun televisi di Amerika menyiarkan serial film kartun Bart Simpson, dengan episode ‘Bart to The Future’ di mana Liza Simpson menjadi Presiden Amerika.
Penulis cerita episode itu, Dan Greaney menjelaskan, ketika Presiden Liza berada di Ruang Oval, dan menghadapi ‘problem yang sangat besar’. Maka dipilihlah Donald Trump sebagai Presiden Amerika sebelumnya yang meninggalkan kondisi ekonomi yang hancur dengan hutang segunung.
“Ini adalah peringatan bagi warga Amerika, sebelum menekan tombol (memilih Presiden) cerita di episode itu konsisten dengan visi Amerika yang gila,” kata Greaney.
Sejak 15 Juli 2016 di mana Trump mengumumkan akan maju dalam pemilihan presiden, berbagai bully, ledekan, bahkan makian dialamatkan padanya. Sebagian besar bully itu terkait perilaku Trump yang banyak ‘melecehkan’ perempuan.
Selain itu banyak juga satir yang diambil dari cerita-cerita aib tentang Trump, ‘seperti pembulatan ke atas’. Lalu ada juga ‘Forrest Trump’, plesetan dari judul film ‘Forrest Gump’ (1994), dengan quote, “Tanpa alasan tertentu, aku terus berlari. Aku berlari ke samudera.”
Ia memutuskan untuk maju, tidak hanya atas dasar keinginannya menjadi Presiden Amerika. Dengan apa yang telah ia lakukan, ia tahu persis bagaimana cara berpikir orang Amerika dalam menilai dirinya. Entah karena konsultan public speaking, cara bicara Donald Trump dalam setiap tampil di muka umum, sangat tenang, sistematis dan memukau.
Lalu, bagaimana Donald Trump bisa tahu bahwa di dunia ini ada negara bernama Indonesia? Sekali lagi, ia hanya melakukan apa yang ingin ia wujudkan atau capai. Tentu saja, jika ia tak punya kepentingan bisnis di Indonesia, sulit untuk membayangkan Trump menghabiskan waktu luangnya dengan membuka referensi tentang Indonesia.
Ya. Trump adalah orang yang amat yakin bahwa ia bisa melakukan apapun dengan hasil terbaik. Nah, sekarang pencapaian apalagi dari seseorang yang lebih tinggi dari pada menjadi Presiden Amerika Serikat? Kini ia punya ruang dan kekuatan untuk mewujudkan apapun keinginannya.
Mungkin jika ia tidak bisa membuktikan janji-janji saat kampanye untuk mengambil kembali kejayaan Amerika dari China, seperti Bart Simpson, dengan rambut bergaya Musang, ia akan meneriakkan ungkapan, “Eat My Shorts!”.