PERKEMBANGAN industri dan perdagangan alat berat bisa diasumsikan sebagai parameter bagi geliat pembangunan infrastruktur dan industri pertambangan mineral. Semakin banyak pembangunan infrastruktur, semakin tinggi kebutuhan akan alat berat, semakin tinggi angka penjualan alat berat. Begitu juga di sektor pertambangan. Semakin tinggi permintaan pasar akan komoditas pertambangan mineral, semakin besar pula kebutuhan akan alat berat. Baik untuk pembukaan lahan tambang, penggalian, dan loading.
Terpilihnya Joko Widodo pada pemilihan Presiden 2014 membawa berkah tersendiri bagi industri dan perdagangan alat berat di Indonesia. Sejak menjabat Presiden Republik Indonesia, Jokowi menitikberatkan pembangunan pada sektor infrastruktur.
Hingga tahun 2017, tidak kurang dari 260 proyek infrastruktur besar dibangun, atau proyek infrastruktur yang mangkrak dilanjutkan pembangunannya. Infrastruktur itu meliputi jalan raya, jalan tol, pelabuhan, bendungan, pembangkit listrik, bandara, jembatan, dan lain-lain. Tentu saja dengan maraknya pembangunan infrastruktur, kebutuhan akan alat-alat berat pun meningkat.
Selain itu, industri pertambangan, khususnya batu bara yang dalam lima tahun terakhir seperti ‘tiarap’, kini mulai menunjukkan kebangkitannya. Harga batu bara yang sebelumnya di bawah US$50 per ton, sekarang sudah mendekati US$80 per ton. Kebutuhan akan alat-alat berat di sektor ini pun meningkat, khususnya ekskavator dan loader.
Di Indonesia, saat ini ada tiga distributor besar sekaligus penyedia alat berat, salah satunya adalah PT Gaya Makmur Tractors. Perusahaan ini berdiri pada tahun 2005 sebagai distributor berbagai merek alat berat, salah satunya adalah XCMG buatan China.
Dengan pertimbangan kenaikan angka penjualan alat berat merek XCMG, maka pada tahun 2011 PT Gaya Makmur Tractors membentuk anak perusahaan dengan nama PT Gaya Makmur Putra. Perusahaan ini khusus menjual alat berat merek XCMG.
Direktur PT Gaya Makmur Putra, Rachmansyah Cong atau Acong menerangkan, tingginya permintaan akan alat berat merek XCMG, tidak terlepas dari harganya yang cukup bersaing.
“Apabila harga XCMG dibandingkan dengan alat berat produk Jepang, maka rasionya satu banding dua. Sedangkan kalau dibandingkan dengan produk Amerika Serikat, rasionya satu banding tiga. Sementara fungsi dan kekuatannya relatif sama,” kata Acong.
Lalu, apakah dengan harga yang jauh lebih murah, kualitas alat berat produk China lebih rendah dibanding produk yang sama dari negara lain? Marketing Supervisor PT Gaya Makmur Tractors, Firman Ari Prasetyo menjelaskan, dalam kurun waktu tiga puluh tahun terakhir, pembangunan di China sangat masif.
Hampir semua kebutuhan alat berat di China dipenuhi oleh XCMG, dan hasilnya telah terbukti. XCMG adalah merek alat berat yang diproduksi oleh BUMN China yang didirikan tahun 1989, Xugong Construction Machinery Science & Technology Group yang berbasis di Xuzhou, Provinsi Jiangsu.
Karenanya, lanjut Firman, para investor China yang akan mengerjakan proyek infrastruktur di Indonesia, begitu mereka mengetahui alat berat yang digunakan adalah XCMG, mereka sudah tahu kemampuannya.
“Sedangkan kalau investor dari negara lain, kami harus menjelaskan lebih terperinci. Untuk meyakinkan mereka, kami juga sampaikan juga bahwa lifetime produk alat berat yang kami jual tidak kurang dari 10 tahun. Bahkan ada yang sudah berusia 13 tahun, masih bisa beroperasi dengan baik,” kata Firman.
Firman menambahkan, alat-alat berat produk XCMG juga sudah memenuhi ketentuan mengenai gas buang. Di beberapa negara, emisi gas buang dari produk XCMG sudah berstandar Euro 4. Tapi di Indonesia, alat-alat berat umumnya masih berstandar Euro 2.
Ketika pemerintah menggeber pembangunan infrastruktur di berbagai daerah di Indonesia, angka penjualan alat berat yang dibukukan PT Gaya Makmur Putra meningkat signifikan. Acong mengemukakan, tahun 2014 perusahaannya berhasil menjual 100 unit, tahun 2015 85 unit, tahun 2016 110 unit, dan hingga Juli 2017 angka penjualan sudah mencapai 120 unit. Total angka penjualan sejak perusahaan didirikan sudah mencapai sekitar 1.000 unit.
“Dapat dipastikan hingga akhir tahun 2017 angka penjualan akan bertambah. Sebagian besar jenis alat berat yang paling banyak dibutuhkan adalah loader dan ekskavator. Sebenarnya alat berat jenis lain pun angka penjualannya meningkat, tapi tidak sebanyak loader dan ekskavator,” kata Acong.
Ia menambahkan, mengingat XCMG belum lama masuk ke Indonesia dibandingkan brand lain, maka perusahaannya sangat concern dengan pelayanan pasca jual. Di manapun customer membutuhkan bantuan karena ada masalah, pihaknya segera mengirim teknisi untuk mengatasinya. Selain itu, commissioning produk dan training sumber daya manusia yang akan mengoperasikannya sudah satu paket dengan penjualan.
“Bahkan kami pernah memberikan training selama tiga hari kepada bapak-bapak dari TNI yang akan mengoperasikan alat-alat yang dibeli dari kami,” kata Acong.
Pada umumnya, customer alat-alat berat adalah perusahaan-perusahaan kontraktor. Biasanya, kepemilikan alat berat menjadi salah satu syarat bagi perusahaan-perusahaan kontraktor yang akan mengikuti tender proyek infrastruktur.
Produk alat berat yang kini dijagokan PT Gaya Makmur Putra adalah Horizontal Directional Drill, yaitu alat untuk membuat saluran atau lubang horizontal di dalam tanah, tanpa harus menggali permukaannya. Pada lubang horizontal yang dibuat alat ini ditempatkan pipa air, minyak, gas, atau kabel.
“Jadi dengan menggunakan Horizontal Directional Drill, perbaikan atau pemasangan pipa bawah tanah di pinggir jalan, tidak perlu lagi menggali bagian permukaannya. Kalau cara konvensional kan untuk pasang pipa atau kabel, bagian pinggir jalan harus digali. Jalan jadi sempit, terlebih pada musim hujan jalan menjadi kotor berlumpur,” kata Acong.
Cara kerja alat ini, di satu titik mata bor diarahkan miring ke bawah sekian derajat, setelah mencapai kedalaman yang diinginkan, mata bor itu diarahkan mendatar. Hingga titik tertentu, mata bor itu diarahkan ke atas. Maka terbentuklah lubang horizontal. Lalu untuk memperbesar diameter lubang sesuai yang diinginkan, mata bor diganti dengan bor pengeruk yang berukuran lebih besar. Setelah diameter lubang sesuai yang dibutuhkan, dimasukkan pipa.
“Mata bor itu bisa menembus batu dengan tingkat kekerasan tertentu.”