Kunjungan ke China dalam rangka menghadiri Konferensi Tingkat Tinggi Belt and Road Initiative (KTT BRI) 14-15 Mei 2017, dimanfaatkan Presiden Jokowi untuk me-lobby Presiden China, Xi Jin Ping agar mau meningkatkan investasinya di Indonesia.
Kerja sama di bawah kerangka BRI ini merupakan bentuk strategi pertumbuhan ekonomi terutama antara China dan seluruh negara Eurasia. BRI terdiri atas dua komponen utama jalur ekonomi yaitu Jalur Sutra Darat dan Jalur Sutra Maritim.
“Saya akan datang ke China untuk mengetahui lebih rinci, manfaat yang dapat diperoleh Indonesia jika bergabung dengan keanggotaan (KTT-BRI), dan ini akan menjadi perhitungan buat saya,” ujar Jokowi.
Di sela serangkaian KTT Jalur Sutera Presiden Joko Widodo menyempatkan diri untuk melakukan pertemuan dengan Presiden Xi Jinping. Dalam pertemuan itu, Presiden Jokowi menawarkan tiga mega proyek kepada Pemerintah Republik Rakyat Tiongkok.
“Dalam kaitan ini, saya ingin mengundang secara khusus pemerintah Presiden Xi untuk bekerja sama dengan pemerintah Indonesia di beberapa mega proyek, yaitu koridor ekonomi terintegrasi, konektivitas, industri, dan pariwisata di Sumatera Utara. Kemudian koridor terintegrasi, konektivtias terintegrasi di Sulawesi Utara,” ucap Jokowi.
Sementara Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Sumber Daya, Luhut Binsar Panjaitan dari KTT One Belt One Road (OBOR) di Beijing, mengatakan bahwa saat ini China memiliki dana sebesar US$3 triliun, yang sebagian di antaranya pasti diinvestasikan dalam berbagai sektor.
Artinya, jika sebagian dana itu diinvestasikan di Indonesia, maka akan banyak proyek infrastruktur yang bisa dieksekusi. Sehingga pemerintah tidak perlu lagi menarik pinjaman luar negeri atau menerbitkan surat utang.
Sepulang dari China, Presiden Jokowi langsung bertolak ke Arab Saudi untuk menghadiri KTT Arab, Islam, dan Amerika serikat. Di sana pun Presiden Jokowi akan melakukan lobby-lobby terhadap negara-negara Arab Teluk untuk berinvestasi di Indonesia.