Bencana banjir, tanah longsor, atau kombinasi keduanya adalah bencana alam yang merupakan konsekuensi dari deforestasi di wilayah hulu sungai. Dalam tiga tahun terakhir, di tiga provinsi di Pulau Jawa, yaitu Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur, frekuensi bencana banjir dan tanah longsor sudah lebih dari 250 kali per tahun.
Di sisi lain, pemerintah-pemerintah daerah di ketiga provinsi itu dapat dipastikan menyadari buruknya kondisi lingkungan di hulu sungai yang ada di wilayahnya, tapi mereka nyaris tidak melakukan apapun.
Indonesia adalah negara yang diberkahi dengan kekayaan alam yang berlimpah. Sumber daya alam yang merupakan kebutuhan hidup manusia, mulai dari peradaban primitif hingga peradaban modern, semua ada di Indonesia. Tentu saja, kekayaan alam itu harus dimanfaatkan sebesar-besar untuk kemakmuran rakyat.
Faktanya saat ini, berdasarkan perkiraan para ahli, kekayaan yang terdapat di atas dan di bawah permukaan tanah, sudah berkurang sangat banyak tanpa memakmurkan rakyat. Wajar saja karena eksploitasi kekayaan alam Indonesia berlangsung selama puluhan tahun, dan nyaris tidak terkontrol.
Dapat dipastikan bahwa eksploitasi itu dilakukan secara tidak bertanggung-jawab, meskipun aspek legal formalnya sudah dipenuhi. Bukti bahwa para pelaku eksploitasi itu tidak bertanggung-jawab bias dilihat dari kekayaan alam yang bisa diperbaharui, yaitu hutan, dari tahun ke tahun luasannya makin menyusut.
Dalam 50 tahun terakhir, 72% dari 162 juta hektar hutan asli Indonesia telah musnah. Kini, luasan hutan Indonesia hanya 98 juta hektar. Artinya, dari 98 juta hektar hutan Indonesia saat ini, 54% atau 52,5 juta di antaranya adalah hutan hasil reboisasi. Sebagai catatan, data yang dipublikasikan oleh Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor, tidak kurang dari 40 juta hektar lahan eks hutan dibiarkan terlantar begitu saja.
Akibat dari akselerasi kerusakan hutan Indonesia adalah terus meningkatnya frekuensi bencana alam yang terkait dengan deforestasi, yaitu banjir dan tanah longsor. Mengacu pada data dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), selama tahun 2016 di Indonesia terjadi 2.342 kali bencana alam, atau 6,5 kali dalam sehari. Bencana itu mengakibatkan 522 orang meninggal dunia, 186 di antaranya karena tertimbun tanah longsor.
Frekuensi Banjir dan Tanah Longsor
di Provinsi-provinsi Pulau Jawa 2016
Provinsi Besar | Banjir | Tanah Longsor | Banjir dan Tanah longsor |
Jawa Barat | 115 | 134 | 12 |
Jawa Tengah | 130 | 148 | 9 |
Jawa Timur | 146 | 103 | 1 |
Provinsi Kecil | |||
Banten | 19 | 7 | |
DKI Jakarta | 37 | 3 | |
DI Yogyakarta | 5 | 13 |
Sumber: BNPB (diolah)
Menurut Kepala BNPB, Sutopo Purwo Nugroho, dari 2.342 kejadian bencana pada 2016 tersebut sebagian besar adalah banjir. Memang data statistik menunjukkan bahwa lebih dari 70% bencana alam yang terjadi di Indonesia adalah banjir, tanah longsor, atau kombinasi keduanya.
Bencana lain yang frekuensinya sangat tinggi adalah kebakaran hutan. Sutopo mengingatkan, pada tahun 2017 potensi bencana banjir, tanah longsor, dan kebakaran hutan tetap tinggi.
“Di Indonesia kebiasaan membakar lahan untuk berladang sulit dihilangkan dari masyarakat kita, karena terkait dengan mata pencaharian masyarakat,” kata Sutopo.
Deforestasi yang terus berlangsung secara masif, setiap tahun sekitar tiga juta hektar hutan rusak, dipastikan akan menghancurkan ekosistem di dalamnya. Selain menghabisi keaneka-ragaman hayati, deforestasi juga menurunkan daya serap tanah terhadap air.
Khusus di Pulau Jawa, deforestasi lebih banyak disebabkan alih fungsi hutan menjadi lahan pertanian. Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Siti Nurbaya Bakar mengatakan, sebagian besar alih fungsi lahan justru terjadi di daerah pegunungan yang merupakan daerah hulu sungai.
“Ini menurunkan daya resap lahan terhadap air hujan. Daerah hulu sungai itu seharusnya ditanami tanaman kayu keras, yang memiliki daya resap tinggi,” kata Siti Nurbaya.
Tidak mengherankan jika di provinsi-provinsi di Pulau Jawa, frekuensi bencana banjir dan tanah longsor terus meningkat dari tahun ke tahun. Di sisi lain, kesadaran pemerintah daerah akan pentingnya reforestrasi di wilayah hulu sungai nyaris tidak ada.
Dalam beberapa tahun terakhir, banjir besar yang disertai lumpur dan bebatuan di musim hujan makin sering terjadi. Banjir semacam itu bukan sekadar banjir air yang merendam pemukiman warga, tapi seperti banjir lahar dingin yang menghancurkan, seperti yang terjadi di Garut tahun 2016 lalu.
Selama 2016, di tiga provinsi besar di Pulau Jawa, yaitu Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur, masing-masing mengalami musibah banjir hingga 130 kali. Begitu juga tanah longsor, yang di masing-masing provinsi itu mencapai 128 kali. Banjir dan tanah longsor adalah upaya alam mencari keseimbangan baru, ‘peran’ ulah manusia sangat besar sebagai penyebabnya.