Tahun 2016, IPC membukukan biaya operasi tertimbang pendapatan operasi (BOPO) 70%, dengan total revenue sekitar Rp 9 triliun, gross margin Rp 3,2 triliun dan nett profit margin Rp 1,5 triliun.
Elvyn mengatakan, manajemen yang dipimpinnya memang lebih fokus pada pencapaian dua indikator untuk IPC, yaitu discounted cummulative gain (DCG) Score dan BOPO. Ia menganggap dua besaran itu sebagai indikator paling representative untuk kinerja sektor jasa pelabuhan.
Karenanya, Elvyn menjalankan tiga hal, yaitu pertama, menerapkan DCG secara penuh. Kedua, revenue enhancement dengan memperbaiki commercial platform dan memperbaharui kontrak operated bussines mobile. Ketiga, cost effectiveness, dengan memperbaiki bussines process sehingga lebih efisien dan lebih murah.
“Tahun 2016 kami membukukan return of asset 7%. Kata orang malah terlalu besar. Tapi begini, di sektor jasa kita gak bertumpu pada aset. Ke depan, saya bahkan tidak menjadikan pertumbuhan aset sebagai target, kita bisa meningkatkan revenue tanpa memiliki aset, namanya operator pelabuhan kan bisnis jasa, karakteristik sektor jasa itu tidak bertumpu pada aset. Aset yang tidak produktif, hanya akan menjadi pembagi terhadap return.”
Untuk tahun 2017, IPC meproyeksikan capex sebesar Rp 5,6 triliun, untuk membiayai pembangunan Pelabuhan Sorong, Kijing, Kalibaru, dan proyek CBL. Elvyn memperkirakan, tahun 2020 capex IPC bisa mencapai Rp 40 triliun
Selain dari laba usaha, sumber pendanaan beberapa proyek IPC akan diusahakan dari initial public offering tiga anak perusahaan, yaitu PT Pelabuhan Tanjung Priok, PT Indonesia Kendaraan Terminal, dan PT Jasa Armada Indonesia.
Menurut Elvyn, saham yang akan dilepas ke pasar modal dari masing-masing perusahaan sebesar 30%, dengan target penerimaan Rp 7 triliun.
Skema IPO ini dipilih karena untuk menerbitkan surat utang, saat ini debt to equity ratio IPC sudah mencapai 290%.
Pengamat pasar modal, Zulfiyan Alamsyah memperkirakan, saham-saham anak perusahaan IPC yang masuk bursa, akan disambut baik oleh para investor. Pasalnya, hingga beberapa tahun ke depan, saham-saham sektor infrastruktur masih akan menjadi primadona.
Beberapa alasan yang dikemukakan Zulfiyan, mengapa proses listing anak perusahaan IPC dinantikan pasar, antara lain, infrastruktur pelabuhan, khususnya Tanjung Priok, memiliki captive market yang akan terus tumbuh.
“Kedua, fundamental bisnis perusahaan-perusahaan di sektor infrastruktur relatif lebih kuat dibanding sektor-sektor lainnya. Ketiga, potensi pertumbuhan bisnis di sektor infrastruktur pelabuhan di Indonesia yang masih sangat besar.
Kini hari-hari Elvyn tak lepas dari lautan yang membentang, riaknya memantulkan cahaya matahari di sore hari.
…dan saat malam menyatu dalam jiwa tanpa batas
turunkan jangkar, jadikan prasasti, cinta ini abadi…
-Elvyn G. Masassya-